Sebagai Museum dengan edutainment Metaverse pertama di Yogyakarta, Museum History of Java tidak melupakan proses internalisasi nilai budaya untuk anak-anak hingga generasi muda. Sejak 2018, Museum History of Java telah tercipta bersama dunia pendidikan yang berkarakter Pancasila. Sepanjang tahun yang berganti tersebut, museum ini telah menjadi kepercayaan sejumlah sekolah pendidikan dasar, menengah, maupun pada jenjang akademik.
Salah satu prioritas Museum History of Java melalui edukasi Metaverse, ialah membawa para pelajar pada sebuah proses untuk memaknai kehidupan masyarakat antar jaman. Seperti halnya symbol Museum History of Java yaitu Golong Gilig, atau suatu proses perjalanan hidup manusia, sejak lahir, dewasa, hingga bersiap menghadap sang pencipta.
Namun demikian, proses pembelajaran inipun tak hanya membawa ingatan mereka mundur pada berbagai periode sejarah tanah Jawa. Sebab tentunya, generasi Pelajar Pancasila harus mengikuti perkembangan jaman serta berkemampuan teknologi masa kini, tanpa melupakan beragam makna kehidupan yang tumbuh mengakar di dalam kisah sejarah bangsanya sendiri.
Demikianlah mengapa, Museum History of Java tepat dikunjungi sebagai inisiator teknologi Metaverse pertama di Yogyakarta, yaitu Augmented Reality (AR), sejak Museum ini terlahirkan, pada tahun 2018 yang lalu.
Peran Metaverse dalam Edukasi Merdeka Belajar
Sampai pada saat inipun, Museum History of Java tentunya ingin mendorong Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) agar seluruh peserta didik, maupun para guru yang setia mendampingi mereka sepanjang kurikulum Merdeka Belajar, dapat memperoleh kemerdekaan belajar yang dibutuhkan.
Jika kita menyelami Museum sebagai Rumah Pembelajaran, maka salah satu ikon yang semestinya ditemukan ialah teknologi Metaverse, diantaranya Augmented Reality, QR Movie, maupun Artificial intelligence (AI).
Sebenarnya, mengapa kita harus mengenal arti Metaverse?
Secara pengetahuan, metaverse ialah alam semesta pasca-realitas, lingkungan multipengguna yang merupakan gabungan dari realitas fisik dengan virtualitas digital, yang didasarkan pada konversi teknologi, sehingga memungkinkan tercipta interaksi multisensory dengan lingkungan virtual, objek digital, dan terutama sejumlah pengguna yang cerdas.
Dengan kata lain, Metaverse merupakan suatu bentuk lingkungan imersif berjejaring yang memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi real-time dan dinamis dengan beragam artefak digital. Metaverse pun takkan terlepas dari medianya yakni layar ponsel, kacamata 3D, obyek gambar tertentu, video informatif, maupun sosok manusia AI yang berpengetahuan.
Nah, jika ingin menggali berbagai sudut-pandang pendidikan karakter bangsa melalui artefak maupun kisah sejarah Tanah jawa, mari berkunjung ke Museum History of Java, dan temukan dunia Metaverse yang holistik. Salam Budaya!