BANTUL – Upaya mendorong pendapatan di sektor pariwisata mendapat perhatian serius oleh Komisi C DPRD Provinsi Jawa Tengah. Museum History of Java yang ada di Kabupaten Bantul, DIY menjadi tempat tujuan dewan untuk melakukan studi banding pada Jumat.

Dalam kesempatan itu rombongan Dewan berkesempatan berkeliling museum untuk melihat koleksi-koleksi yang ditata secara apik. Wakil Ketua Komisi C Sriyanto Saputro mengungkapkan, kunjungan kerja kali ini dimaksudkan untuk menambah referensi terkait tata kelola museum. Pihaknya berharap informasi yang diperoleh dapat bermanfaat untuk menggairahkan wisata museum di Jawa Tengah sehingga mampu memberikan tambahan pendapatan bagi APBD.

Menurut politikus Partai Gerindra itu, Jawa Tengah sebenarnya memiliki potensi besar tak kalah dari Yogyakarta untuk bisa dikembangkan, khususnya di sektor permuseuman. Hanya saja sepertinya terkendala kekurangan orang-orang yang peduli terhadap keberlangsungan museum. Oleh sebab itu upaya yang dinamis sangat diperlukan.

“Melalui tata kelola yang baik museum-museum yang ada di Jawa Tengah akan mampu menjadi daya tarik wisatawan serta meningkatkan PAD. Terlebih dengan diselesaikannya Raperda tentang perubahan status PT PRPP menjadi Perseroda yang diharapkan dapat menggairahkan pengembangan disektor ini,” tandasnya.

Kepala Museum History of Java, Ki Sutikno menjelaskan, museum tersebut memiliki koleksi 3.000 barang koleksi peninggalan sejarah dan dikelola oleh pihak swasta yakni Yayasan D’Topeng Kingdom. Masih satu ikatan darah dengan museum Angkut di Malang, Jatim Park 1 dan 2 serta museum Majapahit di Bali. Rencananya akan ada satu museum lagi yang dihadirkan yakni museum perdamaian di Jombang, Jawa Timur.

“Pada 5 Desember kemarin, Museum History of Java berulang tahun yang kedua. Pada awal-awal beroperasi ini pihaknya terpaksa harus terseok-seok menghadapi cobaan berat, yakni pandemi Covid-19 yang membuat jumlah kunjungan menurun drastis dan operasionalnya terpaksa dihentikan. Padahal sebelum pandemi, dalam satu bulan jumlah kunjungan bisa mencapai lima ribu orang,” ujarnya.

Pada awal berdiri, jelasnya lebih lanjut, Museum History of Java melakukan pendekatan dengan dinas-dinas terkait di Provinsi Yogyakarta, antara lain Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Pendidikan. Meski dikelola oleh swasta namun pemerintah setampat tetap memberikan perhatian.

Seperti di Dinas Pendidikan misalnya, mewajibkan setiap siswa untuk belajar di luar yakni dengan mengunjungi museum-museum di Yogyakata, tak terkecuali museum History of Java. Hal tersebut selian berdampak baik bagi pembelajaran siswa mengenal budaya tanah air juga sekaligus memberdayakan kelangsungan museum.

Kini, dengan pandemi Covid-19, upaya yang dilakuakan untuk tetap eksis adalah dengan mengurangi biaya operasional. Sekitar 60 persen pekerjanya merupakan perbantuan dari siswa atau pelajar yang praktik magang. Hal tersebut menurutnya cukup membantu menekan pengeluaran.

Selain itu inovasi juga terus dimunculkan agar menjadi daya tarik pengunjung. Salah satunya dengan menghadirkan augmanted reality. Melalui teknologi ini pengunjung dapat menghasilkan foto dengan gambar tiga dimensi pada beberapa koleksi museum.

Hadir pula dalam kesempatan tersebut Ketua Umum Badan Musyawarah Museum (Barahmus) DIY, Ki Bambang Widodo. Serta Direktur Utama PT PRPP, Titah Listyorini

Link Berita :

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here